Tentang
ketidakpastian benarkah biru atau hijau yang terlihat
Dan
tentang keraguan benarkah cinta atau hanya kekaguman yang tersimpan
Sebelumnya di
Toska (1)
[… Wajahnya langsung berubah masam.
Langkahnya terhenti sejenak menatap sinis. Seketika kedatangan Lala laksana
petir yang menggelegar, sontak mereka terdiam sejenak …
… “Kita
akhwat, Lan. Kita setiap minggu liqo. Kita ngerti agama. Aku minta tolong jaga
dirimu. Tak pantas anak rohis berdua-duaan dengan laki-laki…”…
… “Sebaiknya kita nggak usah lagi dekat,
apalagi sedekat ini, dan hanya berdua.”
“Tunggu dulu, ini nggak adil…” Fajar
terdiam dalam rasa penasaran. Alisnya sedikit mengkerut. Tatapannya hanya
tertuju pada sebungkus plastik di dalam tasnya …]
***
Satu motor datang
melaju dengan kencang dari arah tempat parkir. Motor tersebut lurus menuju
halte bus. Lantas tepat berhenti di depannya sejenak. Laki-laki itu menurunkan
kedua kakinya menahan motor yang berhenti. Ia melihat ke kiri dan ke kanan. Tak
ada satu pun orang disana. Begitupun orang dari kejauhan, tak ada yang sedang
berjalan menuju halte itu. Lantas ia menyalakan kembali motornya dan pergi.