Prodrug harus dibuat
lebih lipofil misalnya membuat gugus karboksilat (dan gugus polar lainnya
seperti fosfat) menjadi bentuk ester yang di dalam tubuh dihidrolisis oleh
esterase menjadi drug (bentuk aktif). Contoh pembuatan prodrug adalah pada
Enapril yang merupakan obat golongan ACE Inhibitor. Enapril lebih mudah
diabsorpsi dibandingkan enaprilat dalam rute per oral. Satu dari dua gugus
enaprilatdiubah menjadi etil ester dengan etanol. Selanjutnya enapril akan dimetabolisme
menjadi bentuk aktif enaprilat oleh enzim esterase.
Dalam jurnal
“Valacyclovir : Development, Treatment and Pharmacokinetics” (Pradeep, 2010),
acyclovir juga dikembangkan menjadi bentuk ester. Acyclovir adalah inhibitor selektif
dan spesifik untuk virus herpes yang sudah lama digunakan secara aman dan
efektif. Namun, bioavailabilitas obat ini rendah akibat absorpsi yang buruk.
Oleh karena itu dibuatlah dalam bentuk prodrug dengan menambahkan gugus ester
L-valyl. Valacyclovir akan segera diubah menjadi acyclovir oleh enzim di
saluran GI dan hati pada penggunaaan oral. Valacyclovir memiliki
bioavailabilitas tiga hingga lima kali lipat acyclovir.
Absorption enhancer adalah molekul yang dapat
di-co-administrasi dengan obat sehingga mengakibatkan gangguan sementara fungsi
penghalang dari epitel. Peningkatan penyerapan dapat dibawa dengan
memfasilitasi penyerapan paracellular dan serapan transelular atau gangguan dari
stagnant layer. Sebagai contoh paracellular absorption enhancer adalah
chelating agent EDTA. Molekul EDTA mengikat kalsium dan magnesium yang
merangsang pembukaan tight junction.
Umumnya transcellular absorption enhancer adalah golongan surfaktan seperti surfaktan anionic sodium caprylate (sodium octanoate) dan surfaktan nonionic polyethoxylated castor oil (Cremophor EL) dan polysorbate 80 (Tween 80). Sodium caprylate dapat membentuk kompleks non kovalen dengan senyawa transeluler tanpa merusak tight junction dan secara reversible mengubah konformasi protein sehingga perlindungan sel menjadi terdegradasi. Hal inilah yang mengakibatkan absorpsi menjadi meningkat.
Umumnya transcellular absorption enhancer adalah golongan surfaktan seperti surfaktan anionic sodium caprylate (sodium octanoate) dan surfaktan nonionic polyethoxylated castor oil (Cremophor EL) dan polysorbate 80 (Tween 80). Sodium caprylate dapat membentuk kompleks non kovalen dengan senyawa transeluler tanpa merusak tight junction dan secara reversible mengubah konformasi protein sehingga perlindungan sel menjadi terdegradasi. Hal inilah yang mengakibatkan absorpsi menjadi meningkat.
Obat-obatan dapat
dimetabolisme oleh enzim (misalnya CYP3A4) atau permeabilitas mereka dibatasi
oleh mekanisme efflux (P-glikoprotein) sehingga penyerapannya rendah. Molekul
yang menghambat mekanisme ini dapat di-co-administrasikan dengan obat untuk
meningkatkan absorpsi. Contohnya adalah protease inhibitor saquinavir yang
tersedia dalam dua formulasi. Invirase (saquinavir mesylate) diformulasikan
sebagai bentuk padat dosis (kapsul dan tablet) dan Fortovase (saquinavir)
adalah formulasi sistem peghantaran obat self-emulsifying yang tersedia dalam
kapsul gelatin lunak. Ketika saquinavir digunakan sebagai protease inhibitor
tunggal dalam pengobatan HIV. Fortovase lebih disukai karena memiliki
bioavailabilitas tinggi dari Invirase. Namun, Invirase dapat digunakan
dikombinasikan dengan ritonavir. Ritonavir adalah inhibitor CYP3A4, dapat
di-co-diadministrasikan dari saquinavir dan dengan demikian Invirase
menyediakan kadar saquinavir dalam darah setidaknya sama dengan fortovase.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar