Pages

حي على الفلاح

حي على الفلاح
Menang bukan berarti tidak pernah kalah, tetapi menang berarti tidak pernah menyerah

Dua Matahari

Karya : M I C
1 Nov 2015
untukmu matahariku, yang cahayanya tiada batas 


Aku terdiam di jalanan yang hening,
Menepi dan berhenti sejenak,
Kuarahkan pandangan jauh ke belakang,
Ada dua sumber cahaya,
Dialah mama dan papa,
Yang cinta dan sayangnya laksana sinar yang terang benderang
Mengalahkan sang surya,
Menerangi perjalanan yang panjang dan melelahkan ini.

Aku tak tahu entah sampai kapan aku berjalan
Yang pasti sejauh apapun itu, dua cahaya itu selalu menerangi,
Hanya sinarnya saja, sedang mereka terdiam dalam batas
Dalam batas itulah mereka mengajariku berjalan,
Dalam batas itu pula mereka memberiku bekal untuk perjalanan.

Kini mereka hanya bisa melihat dari kejauhan
Memperhatikanku, mengkhawatirkanku,
Takut apakah ada lubang di depan sana,
Apakah bekal yang dibawa masih cukup,
Bagaimana jika dia lelah, bagaimana jika ia sakit,
Atau bagaimana jika tiba-tiba datang badai besar membawa debu pasir,
Dengan senyuman tulus ia membalas pandanganku
Tanpa sedikitpun memperlihatkan kecemasan dalam dada

Ma, pa, aku sudah dewasa
Aku sudah mampu berpikir menggunakan akal dan perasaan
Aku sadar, perjalanan panjang ini harus kutempuh
Aku memang harus berhenti sejenak, tetapi jangan terlalu lama
Jujur, aku sangat takut jika aku berhenti terlalu lama, cahayamu mulai redup
Ma, pa, kau sudah semakin tua
Kulitmu yang dulu kencang, kini sudah mengkerut
Rambutmu yang dulu hitam, kini sudah memutih
Kini kau sudah tak tangguh lagi, kau kini banyak duduk menghela napas panjang
Tenagamu sudah tak banyak seperti dulu
Satu hal yang masih teringat dalam benak ini ketika kukabarkan padamu di waktu ashar,
"Ma, pa, icang lolos farmasi UI"
Kau peluk aku segera dengan sangat erat,
Kau berusaha sekuat tenaga menggendongku,
Namun tak bisa, dan memang sudah tak bisa lagi.

Ma, pa, baru kusadari kini,
Dalam doamu hanya memanjatkan kebahagiaan untukku,
Betapa bahagia kau melihatku bahagia, meskipun sesungguhnya itu menyusahkanmu
Dan kau pun tahu itu.
Cukup! cukup sudah! itu hanya dalam batas,
Aku sudah bisa berjalan sejauh ini,
Kau tak perlu susah lagi untuk membuatku bahagia,
Bukankah manusia diciptakan untuk menghadapi akhir yang bahagia?
Aku inginkan itu untukmu, bukan sekedar drama layar kaca semata,
Lantas kau segera meng-amin-kan ucapanku itu,
Hingga membuatku percaya itu akan menjadi nyata.
Karena janji Tuhan : "Doa orangtua kepada anaknya laksana doa Rasul kepada umatnya, makbul."
Jelas saja itu sudah kau buktikan berpuluh-puluh kali

Doamu makbul, ma, pa.
Kau ingat ketika aku memohon padamu, agar aku bisa mendapatkan medali perunggu saja di ajang olimpiade nasional dulu, lantas segera kau mintakan itu untukku di setiap doamu,
Namun ternyata aku pulang dengan tangan hampa,
Aku ikhlas, mungkin aku tak pantas, mungkin memang itulah kemampuanku
Tetapi 3 tahun kemudian, aku berhasil membawakan medali untukmu,
Di ajang olimpiade nasional
Bukan perunggu, tetapi perak!



Terima kasih ma, pa, sinarmu selalu membuatku bisa melihat dengan jelas
Tetaplah duduk disana memandangiku,
Kan kubawakan kado-kado terindah lainnya untukmu.

Ada kata-kata bijak yang selalu kuingat :
"Jika kau ingin jadi seseorang dalam hidup,
jika kau inginkan sesuatu,
jika kau ingin memenangkan sesuatu,
cukup dengarkan kata hatimu.
Dan jika hatimu tak bisa menjawabnya,
tutup matamu dan pikirkan kedua orangtuamu.
Dan semua rintangan terlewati, semua masalah lenyap seketika.
Kemenangan akan jadi milikmu...
Hanya milikmu."
- Through Smiles, Through Tears -

Tidak ada komentar :

Posting Komentar