Pages

حي على الفلاح

حي على الفلاح
Menang bukan berarti tidak pernah kalah, tetapi menang berarti tidak pernah menyerah

Edible Vaccine : Vaksin Masa Depan

Vaksin

Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang digunakan untuk menginduksi sistem imunitas. Vaksinasi atau disebut juga imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang terhadap invasi mikroorganisme patogen atau toksin (Radji, 2010). Program vaksinasi telah sukses menurunkan tindakan pengobatan medis yang mahal untuk berbagai penyakit. (Mishra et al, 2008)

Edible Vaccine

Paraffain Liquid : Kegunaan dan Oksidasi

Kegunaan

Ditinjau dari aspek farmakologi, Paraffin liquid digunakan sebagai zat aktif untuk obat konstipasi yang bertindak sebagai laksatif emolien/lubrikan. Laksatif emolien bekerja dengan cara melapisis feses dan memberikan efek licin sehingga mempermudah jalannya feses. Selain itu paraffin liquid juga menempel di dinding kolon dan memberikan efek hidrofobik yang menghambat penyerapan air di kolon sehingga massa feses menjadi lebih besar. Zat aktif ini bekerja lokal di kolon dan tidak perlu diabsorpsi. Apabila diabsorpsi sedikit, Paraffin liquid memiliki efek samping reaksi granulomatosa. Efek samping lainnya adalah pneumonia lipoid dan gangguan absorpsi vitamin larut lemak.

Toska (2)

Tentang ketidakpastian benarkah biru atau hijau yang terlihat
Dan tentang keraguan benarkah cinta atau hanya kekaguman yang tersimpan

Sebelumnya di Toska (1)
[… Wajahnya langsung berubah masam. Langkahnya terhenti sejenak menatap sinis. Seketika kedatangan Lala laksana petir yang menggelegar, sontak mereka terdiam sejenak …
“Kita akhwat, Lan. Kita setiap minggu liqo. Kita ngerti agama. Aku minta tolong jaga dirimu. Tak pantas anak rohis berdua-duaan dengan laki-laki…”…
… “Sebaiknya kita nggak usah lagi dekat, apalagi sedekat ini, dan hanya berdua.”
“Tunggu dulu, ini nggak adil…” Fajar terdiam dalam rasa penasaran. Alisnya sedikit mengkerut. Tatapannya hanya tertuju pada sebungkus plastik di dalam tasnya …]
***
Satu motor datang melaju dengan kencang dari arah tempat parkir. Motor tersebut lurus menuju halte bus. Lantas tepat berhenti di depannya sejenak. Laki-laki itu menurunkan kedua kakinya menahan motor yang berhenti. Ia melihat ke kiri dan ke kanan. Tak ada satu pun orang disana. Begitupun orang dari kejauhan, tak ada yang sedang berjalan menuju halte itu. Lantas ia menyalakan kembali motornya dan pergi.

Kelam (2)

Desember 2015
Tetapi saat ini semuanya berubah
Tetap akan kelam meski kau bawakan matahari
Sebelumnya di Kelam (1)
[… Sekitar dua tahun yang lalu… Aku berdoa… Aku tidak butuh dia seorang yang gagah, tampan atau rupawan. Aku hanya realistis saja, yang terpenting dia bisa menafkahi lahir dan bathin …
… Aku langsung terkejut bukan main. Ketika mataku terbuka, Mas Dimas sudah duduk di sampingku …
… “Tika, maafkan aku, aku mohon maafkan aku… Aku sangat mencintaimu, tapi rasa itu tak mampu mengalahkan hormat dan cintaku pada ibuku… Ini pertemuan terakhir kita. Aku harap kita saling melupakan satu sama lain.” …]
***

Semenjak itu, silih berganti laki-laki dikenalkan padaku. Bahkan ada yang lebih kaya dari Mas Dimas. Bukankah itu yang aku dambakan? Suatu realita kehidupan berumah tangga. Lagi-lagi terpikirkan akan hal itu. Manusia butuh hidup yang layak, pun manusia dalam rumah tangga. Tak akan mungkin hanya hidup dengan cinta dan rasa ikhlas menerima satu sama lain. Tak akan mungkin hidup hanya dengan memandang kecantikan dan ketampanan. Jelas-jelas harta tak bisa dinomorduakan. Harta akan selalu setara dengan apapun yang dinomorsatukan. Ya, itulah realita kehidupan.

Lentera

Desember 2015
Untukmu sahabat, yang terus mencari lentera di gelapnya malam
Sementara di dalam rumahmu, lentera bersinar terang benderang
Hingga saatnya tiba, ia ‘kan padam tanpa terduga

Di sana hening, hanya terdengar suara tetes demi tetes cairan infus yang turun dari wadahnya perlahan lalu mengalir melewati selang. Tangan kanannya dilipat dan direbahkan di atas pinggiran kasur itu. Pipi kanannya bertumpu di atas punggung tangan kanan tersebut. Sementara tangan kirinya sibuk mengelus lembut tangan Papa yang sedang berbaring. Matanya sayu-sayu, setengah terbuka. Tatapannya kosong, tak jelas memandang benda apa. Hingga mata itu terpejam.
***
            Jam menunjukkan pukul 23.00. Tiba-tiba terdengar suara mengetuk pintu. Dengan rambut yang agak kusut dan muka yang mengantuk, Mama segera keluar kamar, bergegas membukakan pintu, “Hai. Sudah pulang sayang?”.

Toska (1)


Desember 2015
Tiada lagi batas antara biru dan hijau
Laksana bentangan langit dan hamparan padang rumput berpadu



[Ingatan]

“Bukan gimana-gimana ya, untuk sekarang aku sama sekali nggak kepikiran… Eh, tapi aku nggak tahu juga. Aku hanya takut termakan omonganku sendiri…”


        Wajahnya langsung berubah masam. Langkahnya terhenti sejenak menatap sinis. Pandangannya tajam penuh makna. Lantas ia segera pergi meninggalkan mereka berdua. Ya, disana ada Bulan dan Fajar yang sedang duduk berdua di luar kantin. Kala itu kantin sangat sepi, bahkan hanya ada mereka berdua. Seketika kedatangan Lala laksana petir yang menggelegar, sontak mereka terdiam sejenak, lalu menyapa dengan sedikit senyuman yang mereka yakini itu hanyalah basa basi yang tak akan memberikan balasan. Benar saja, Lala melanjutkan langkahnya pergi dari kantin, tanpa kata, tanpa membalas senyuman.