Oleh : M I C, 27 Jan 2016
Atas permintaan teman-teman yang ingin
belajar bahasa minangkabau, ini saya buatkan beberapa formula sederhana untuk
mengubah kosa kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa minangkabau. Ini akan
memudahkan tema-teman dalam menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa
Minangkabau atau sebaliknya. Akan tetapi tetap saja, dalam dunia bahasa, akan
selalu ada kata irregular, yang tak selamanya mengikuti aturan. Sama halnya
dengan manusia, ada yang patuh dan ada yang tidak patuh.
Disini saya membahas 3 hal : tata aturan perubahan kata, partikel 'do' dan 'mah', dan perbedaan makna serapan. Selamat belajar
Disini saya membahas 3 hal : tata aturan perubahan kata, partikel 'do' dan 'mah', dan perbedaan makna serapan. Selamat belajar
1. Kata
tanya dihilangkan akhiran –pa dan –na
Contoh :
-
Apa = a
-
Mengapa = manga
-
Siapa = sia
-
Dimana = dima
-
Bagaimana = baa
-
Kenapa (diterjemahkan karena apa) = dek
a
2. Apabila
suatu kata terdiri dari 2 atau lebih suku kata, maka suku kata pertama apabila
memiliki vocal –e berubah menjadi –a
Contoh :
-
Me-nga-pa = manga
-
Berenang = baranang
-
Benang = banang
-
Senang = sanang
-
Lemari = lamari
3. Akhiran
–a menjadi –o
Contoh :
-
Tenaga = tanago
-
Dua tiga lima = duo tigo limo
-
Mata = mato
-
Gula = gulo
4. Akhiran
–al menjadi –a
Contoh :
-
Mahal = maha
-
Jual = jua
-
Kapal = kapa
5. Akhiran
–at menjadi –ek
Contoh :
-
Ulat = ulek
-
Bulat = bulek
-
Padat = padek
-
Peniti (diterjemahkan dari semat) =
samek
-
Capek, lelah (diterjemahkan dari penat)
= panek
6. Akhiran
–as menjadi –eh
Contoh :
-
Malas = maleh
-
Pedas = padeh
-
Meremas = marameh
-
Keras = kareh
-
Gelas = galeh (tetapi barang
dagangan/jualan juga diterjemahkan ‘galeh’, jadi tergantung konteksnya ya)
7. Akhiran
–ih menjadi –iah
Contoh :
-
Sedih = sadiah
-
Pedih = padiah
-
Lebih = labiah
8. Akhiran
–ing menjadi –iang
Contoh :
-
Keling = kaliang
-
Pusing (diterjemahkan dari pening) =
paniang
-
Piring = piriang
9. Akhiran
–it menjadi –ik
Contoh :
-
Terjepit = tasapik
-
Sempit = sampik
-
Pelit = pilik
-
Rumit = rumik
-
Langit = langik
-
Mengait = mangaik
-
Melilit = malilik
10. Akhiran
–is menjadi –ih
Contoh :
-
Manis = manih
-
Gadis = gadih
-
Tipis = tipih
-
Menangis = manangih
-
Kembang kempis = kambang kampih
11. Akhiran
–ut menjadi –uik
Contoh :
-
Takut = takuik
-
Mulut = muluik
-
Semut = samuik
-
Kentut = kantuik
-
Lutut = lutuik
12. Akhiran
–uh menjadi –uah
Contoh :
-
Penuh = panuah
-
Jauh = jauah
-
Runtuh = runtuah
-
Kecuali sembuh = cegak
13. Akhiran
–uk menjadi –uak
Contoh :
-
Remuk = ramuak
-
Kerupuk = karupuak
-
Mengantuk = mangantuak
-
Lapuk = lapuak
14. Akhiran
–us menjadi –uih
Contoh :
-
Seratus = saratuih
-
Hangus = hanguih
-
Halus = haluih
-
Meletus = malatuih
-
Kecuali mampus, mulus, kaus, kardus, dll
yang tidak berubah
15. Akhiran –ung menjadi –uang
15. Akhiran –ung menjadi –uang
Contoh :
-
Untung = Untuang
-
Bingung = binguang
-
Sarung = saruang
-
Kalung = kaluang
-
Menabung = manabuang
-
Menyambung = manyambuang
Khusus
huruf R, cukup jarang ditemukan dalam kosa kata minangkabau. Kebanyakan huruf R
dihilangkan. Makanya, nggak ada masalah kalau orang minang cadel, huruf R jarang dipakai juga. ^_^
16. Imbuhan yang memiliki huruf –r dihilangkan
Contoh :
- Bertamu = batamu
- Bertemu = batamu (tetapi lebih sering
dipakai ‘basobok’ agar mudah dibedakan dengan bertamu)
-
Bermain = bamain
-
Berjalan = bajalan
-
Bersin-bersin = basin-basin
-
Termasuk = tamasuak
-
Terjatuh = tajatuah
-
Tersinggung = tasingguang
17. Akhiran –ar, –er, dan -or menjadi –a, –e, dan -o
17. Akhiran –ar, –er, dan -or menjadi –a, –e, dan -o
Contoh :
-
Bakar = baka
-
Ular = ula
-
Melingkar = malingka
-
Sabar = saba
-
Ember = embe
- Bocor = boco (bisa juga berarti gila atau mencret, tergantung konteks)
18. Akhiran –ur dan –ir menjadi –ua dan –ia
- Bocor = boco (bisa juga berarti gila atau mencret, tergantung konteks)
18. Akhiran –ur dan –ir menjadi –ua dan –ia
Contoh :
-
Sembur = sambua
-
Hancur = hancua
-
Dapur = dapua
-
Kapur = kapua
-
Mengukur = maukua
-
Mengalir = mailia
Partikel 'do' dan 'mah'
Partikel ‘do’ dan ‘mah’ akan sering
dijumpai dalam akhiran kalimat bahasa Minangkabau. Partikel tersebut tidak
memiliki arti akan tetapi sangat penting dalam penegasan kalimat. Partikel ‘do’
biasanya dalam penegasan kalimat negatif (bermakna tidak), sedangkan partikel
‘mah’ biasanya dalam penegasan kalimat sanggahan/tuduhan/perkiraan kuat yang
sudah terjadi (present perfect tense)
Contoh
:
- ndak ado jo den do = nggak ada sama gue
(berarti penegasan bahwa barang tersebut benar-benar tidak ada di saya)
- alun baraja lai do = belum belajar nih
(berarti penegasan bahwa orang tersebut memang benar-benar belum belajar)
- ndak tahu do = nggak tahu (berarti
benar-benar tidak tahu)
- bukunyo jo waang mah = kan buku dia sama
lo (lebih penegasan menuduh buku tersebut ada di kamu)
- lah den agiah ang pitih mah = kan udah
gue kasih lo duit (penegasan bahwa uang itu sudah diberikan)
Perbedaan Makna Serapan
Untuk ini saya contohkan beberapa saja. Harus banyak belajar langsung dengan orang Minang.
1. Lauk menurut aturan no.13 seharusnya menjadi lauak. Namun lauak disini berarti ikan. Sedangkan lauk pauk dalam bahasa minang adalah samba.
2. Sambal menurut aturan no.4 seharusnya menjadi samba. Namun samba disini berarti lauk pauk. Sedangkan sambal dalam bahasa minang tetap sambal (untuk sambal buatan pabrik yang berbentuk botol/sachet) atau menjadi lado (untuk sambal yang diulek sendiri/sambal cobek).
3. Roti tawar menurut aturan no.17 seharusnya menjadi roti tawa. Namun tidak lazim orang menyebut tawa untuk rasa makanan, tawa lebih lazim digunakan untuk menerjemahkan jampi-jampi. Bisa salah arti jadi roti yang sudah dijampi-jampi. Jadi roti tawa dalam bahasa minang adalah roti hamba (diterjembahkan dari kata hambar).
4. Kotor menurut aturan no.17 seharusnya koto. Namun koto disini berarti kota, bukan kotor. Sedangkan kotor dalam bahasa minang adalah kumuah.
5. Tekor menurut aturan no.17 seharusnya teko. Namun teko disini berarti teko untuk membuat teh, bukan tekor. Tekor dalam bahasa minang adalah rugi (diterjemahkan dari kata rugi).
6. Kuping menurut aturan no. 8 seharusnya menjadi kupiang. Namun tidak lazim orang menyebut kupiang. Jadi kuping dalam bahasa minang adalah talingo (terjemahan telinga).
5. Tekor menurut aturan no.17 seharusnya teko. Namun teko disini berarti teko untuk membuat teh, bukan tekor. Tekor dalam bahasa minang adalah rugi (diterjemahkan dari kata rugi).
6. Kuping menurut aturan no. 8 seharusnya menjadi kupiang. Namun tidak lazim orang menyebut kupiang. Jadi kuping dalam bahasa minang adalah talingo (terjemahan telinga).
7. Hamba (ungkapan saya kepada Tuhan atau Raja) menurut aturan no. 3 seharusnya menjadi ambo. Namun ambo disini juga bisa digunakan untuk ungkapan saya kepada manusia.
8. Kecil dalam bahasa minang adalah ketek. Sedikit dalam bahasa minang adalah saketek (diterjemahkan dari sekecil). Sedangkan ketek (ketiak) dalam bahasa minang adalah katiak.
9. Aa (dalam bahasa sunda = abang) dalam bahasa minang berarti jorok. Sedangkan abang dalam bahasa minang tetap abang (yang terlihat modern/lebih muda) atau menjadi uda (yang terlihat lebih tua).
10. dll. (akan ditambahkan bila perlu)
Sekian dulu formula yang saya buat, apabila ada tambahan, pertanyaan, atau ada yang ingin mengonfirmasi terjemahan katanya benar atau tidak, dapat meninggalkan komentar di bawah ini atau menghubungi saya via email. Terima kasih. Semoga bermanfaat
Saya mau bertanya pak, ada tidak buku yang menjelaskan tentang partikel do dan mah?
BalasHapusKalau ada tolong kasih tau ya pak, terimakasih