Pages

حي على الفلاح

حي على الفلاح
Menang bukan berarti tidak pernah kalah, tetapi menang berarti tidak pernah menyerah

Dalam Pertemuan Suci

        Dia gadis yang manis. A. Fatimah Az Zahra. Masya Allah. Pada namanya terpenggal salah satu nama wanita yang dijamin Allah masuk surga. Istri khalifah cerdas Ali bin Abi Thalib, anak kesayangan Rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Lantas pada saat ini, adakah keterkaitan antara Muhammad dengan Fatimah Az Zahra? Insya Allah

        Usianya 19 tahun. Kala itu kami terlanjur memanggilnya ustadzah, dengan maksud meminta ilmu darinya. Siapa sangka, muslimah yang telah hafiz quran itu merupakan seorang anak remaja yang mungkin baru saja lulus sekolah menengah atas. Kemudian kami sepakat untuk memanggilnya ukhti tatkala ia menyebutkan usianya yang masih sangat muda. Lantas adakah panggilan selanjutnya di masa depan untuk menggantikan panggilan ukhti itu? Insya Allah
        Kulitnya putih bersih, meskipun hanya tampak tak lebih dari sekadar wajah dan jemari tangan. Sungguh cantik. Wajahnya putih mulus memancarkan cahaya. Kerudung berwarna putih yang tebal dan dalam menutupi hampir tiga perempat badannya. Tak ada lekukan. Tak ada kemolekan. Tak ada nafsu syahwat. Butiran debu pun pasti enggan menodainya. Yang ada hanyalah keindahan dan kedamaian ketika memandangnya. Lantas adakah keindahan dan kedamaian yang abadi? Insya Allah
        Asalnya dari bandung. Tuturnya sopan dan santun. Bahasanya lembut. Ucapannya hanyalah memotivasi agar selalu dekat dengan Allah. Nasihatnya agar kami bersemangat dalam belajar quran, "...karena Al Quran itu adalah surat cinta yang paling indah dari Sang Maha Mencintai (Al Waduud) kepada makhluk-Nya." Lantas setelah itu, adakah cinta yang tumbuh diantara sesama makhluk-Nya? Insya Allah
        Dari kejauhan manusia biasa yang bernama Muhammad terpana dengan manusia biasa bernama Fatimah Az Zahra. Dalam pertemuan suci itu mereka dipertemukan oleh Sang Maha Suci. Muhammad sebagai murid, Fatimah sebagai guru. Dalam majelis Al Quran. Lelaki itu hanya berharap panggilan ukhti itu akan berubah menjadi panggilan habibah. Ikatan saudara berubah menjadi ikatan yang lebih suci, pernikahan. Lalu ia berdoa pada Tuhan Semesta Alam who always listening, always understanding, agar keindahan dan kedamaian itu memberkahi hidupnya yang penuh noda dan dosa. Hanya wanita solehah seperti itu yang mampu menuntunnya kembali ke jalan yang lurus.
        Allah pasti tahu bahwasanya lelaki itu mencintai Fatimah karena cintanya pada Allah, karena inginnya ia dekat dengan Allah, karena inginnya keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, karena inginnya ia dikumpulkan kembali bersama keluarga di surga Allah. Allah pasti tahu. Allah pasti mengabulkan harapan itu. Insya Allah mereka berdua akan dipertemukan lagi dalam pertemuan suci kala janji suci terucap dalam ijab qobul untuk bersama berjalan dalam bahtera rumah tangga.
28 September 2014

Tidak ada komentar :

Posting Komentar