Rasa
tak muncul begitu saja
Selalu
ada alasan untuk ia ada
MIC, Januari 2019
“Fahma,
tunggu!” seseorang berteriak dari kejauhan. Rayhan. Lantas ia mengejar
mendekat, “Aku ingin bicara.” Rayhan menghela napas sejenak. Ia tepat berada di
depan Fahma yang tertunduk. Gelisah, hendak segera pergi, tak mau menatap sosok
di hadapannya itu.
“Fahma!
Kamu kenapa sih? Ada apa?”
“Nggak
ada apa-apa kok, Han. Aku harus buru-buru pulang, mau hujan.” Fahma segera
bergegas pergi meninggalkan pertemuan itu. Saat itu, langit biru memang tak
tampak, diselimuti oleh awan hitam tebal. Angin kencang mengayunkan pepohonan
di tepi jalan, menggugurkan dedaunan kering kemuning di sekitar mereka. Namun Rayhan
menahan Fahma, ia menggenggam erat tangan Fahma, tak dibiarkan pergi begitu
saja.