Ketika
persahabatan dan pengkhianatan tak lagi terbedakan
Menampilkan
sisi kenyamanan dalam ruang ketidaknyamanan
Sebelumnya di Toska (2)
[…
tiba-tiba ada pesan masuk ke telepon selulernya. Dari Neni : ‘Ngakunya anak
rohis. Rapatnya sok-sok an pakai tirai, dikasih jarak segala cowok dan cewek.
Eh ternyata pacaran juga. Malah ngerebut pacar orang.’ …
…
“Kok udah pulang aja! Nggak jalan-jalan dulu sama Fajar! Kemana gitu kek!” …
…
“Aku dan Fajar ngga ada apa-apa kok. Beneran.” …]
***
Suara langkah kaki
silih berganti di belakangnya. Ada yang pergi ke arah luar, dan ada yang baru
datang ke arah dalam. Arah angin pun berganti-ganti mengikuti. Ya, saat itu dia
duduk tak jauh dari pintu, di lorong tempat orang berlalu lalang. Jemari
tangannya sibuk menekan keyboard laptop. Matanya tampak fokus menatapi layar.
Sementara telinga tetap memainkan peranannya di kiri dan di kanan. Ada tiga
orang yang baru datang, tak jauh darinya.